Perkembangan teknologi digital telah mengubah cara masyarakat mengonsumsi informasi secara fundamental. Jika sebelumnya informasi disampaikan melalui surat kabar, televisi, atau radio, kini berita lebih sering diakses melalui gawai pribadi, dalam bentuk artikel daring, video pendek, atau bahkan cuitan. Dalam konteks ini, media digital tumbuh cepat dan bersaing dalam memperebutkan atensi publik, namun di saat yang sama dihadapkan pada tantangan baru: menjaga kredibilitas dan kepercayaan pembaca.
Transisi menuju media digital tidak hanya soal perpindahan platform, tetapi juga menyangkut transformasi nilai, cara kerja, dan struktur ekonomi di balik industri media itu sendiri. Di tengah dinamika ini, beberapa media berhasil membuktikan diri sebagai entitas independen yang mampu menjangkau generasi baru tanpa mengorbankan prinsip jurnalistik. Salah satu contohnya adalah Portal Narasi, yang dikenal berani mengangkat isu-isu sosial dengan pendekatan kreatif, inklusif, dan berbasis data.
1. Media Digital dan Perubahan Perilaku Audiens
Dalam dunia yang serba cepat, pembaca cenderung tidak lagi duduk tenang membaca berita panjang. Sebaliknya, mereka lebih memilih informasi yang padat, visual, dan bisa dibagikan dengan mudah. Tren ini mendorong media untuk memikirkan ulang bagaimana cara menyampaikan informasi agar tetap relevan, tanpa kehilangan integritas editorial.
Ciri khas media digital saat ini antara lain:
-
Multiformat: Artikel, video pendek, podcast, infografis.
-
Multiplatform: Dipublikasikan di situs web, YouTube, Instagram, TikTok, dan lainnya.
-
Responsif: Dapat diakses dengan mudah dari berbagai perangkat.
Portal Narasi, misalnya, tidak hanya menyajikan berita dalam bentuk artikel, tetapi juga aktif melalui kanal YouTube, Instagram, dan TikTok, menjangkau kalangan muda yang sebelumnya mungkin apatis terhadap isu-isu publik. Dengan pendekatan ini, mereka membuktikan bahwa jurnalisme tetap bisa hidup berdampingan dengan gaya komunikasi masa kini.
2. Kepercayaan Publik dan Krisis Disinformasi
Di tengah derasnya arus informasi, muncul pula ancaman serius berupa hoaks, disinformasi, dan propaganda digital. Masyarakat semakin sulit membedakan mana informasi yang sahih dan mana yang direkayasa. Dalam konteks ini, media memiliki tanggung jawab lebih besar untuk melakukan verifikasi dan menjunjung etika jurnalisme.
Namun, kepercayaan publik terhadap media tidak selalu positif. Berbagai survei menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat merasa skeptis terhadap media arus utama. Di sisi lain, mereka cenderung percaya pada individu atau akun media sosial yang tampil lebih “dekat” dengan audiens.
3. Cuitan Rakyat: Suara dari Pengguna Media
Untuk menggambarkan bagaimana persepsi publik terhadap media digital saat ini, berikut beberapa “Cuitan Rakyat” yang menggambarkan keragaman sudut pandang masyarakat:
🗨️ “Kalau cari berita kritis tapi tetap enak ditonton, ya ke Narasi aja. Gak berat, tapi ngena.”
— @RakyatBeropini
🗨️ “Berita sekarang banyak yang copy-paste, gak ada analisisnya. Media harusnya bisa lebih dari itu.”
— @GuePembaca
🗨️ “Capek baca berita yang cuma sensasional doang. Senang ada media yang angkat topik minoritas juga.”
— @SuaraNetizenMuda
Cuitan-cuitan ini menunjukkan bahwa masyarakat sebenarnya menginginkan media yang tidak hanya cepat, tetapi juga dapat dipercaya, mendalam, dan relevan secara sosial. Media seperti Narasi menjadi contoh bagaimana kredibilitas dibangun melalui pendekatan jurnalisme yang lebih manusiawi dan inklusif.
4. Model Bisnis Media di Era Digital
Selain tantangan kepercayaan, media digital juga dihadapkan pada persoalan ekonomi. Model bisnis berbasis iklan tradisional semakin tidak stabil, terutama karena dominasi platform seperti Google dan Meta yang menyerap sebagian besar belanja iklan digital.
Beberapa pendekatan baru yang dilakukan media antara lain:
-
Langganan premium (paywall)
-
Konten bersponsor yang tetap independen
-
Crowdfunding dan komunitas pembaca (membership)
-
Diversifikasi ke platform lain seperti YouTube dan podcast
Narasi, misalnya, mengembangkan berbagai format konten non-berita seperti dokumenter, talkshow, hingga kampanye sosial bersama komunitas. Ini tidak hanya membuka peluang monetisasi, tetapi juga memperkuat engagement audiens terhadap misi jurnalistik mereka.
5. Membangun Jurnalisme Kolaboratif dan Inklusif
Di era digital, media tidak bisa lagi berdiri sendiri. Jurnalisme kolaboratif, baik antarredaksi maupun antara jurnalis dan masyarakat sipil, menjadi pendekatan yang semakin populer. Dalam banyak kasus, investigasi mendalam justru lahir dari kerja sama lintas media dan lintas negara.
Narasi sendiri dikenal kerap berkolaborasi dengan komunitas, NGO, hingga jurnalis independen untuk mengangkat isu yang kerap terpinggirkan oleh media arus utama. Dengan menghadirkan narasumber yang beragam dan memperhatikan konteks lokal, media seperti ini mampu menyajikan cerita yang lebih utuh dan relevan.
6. Masa Depan Media Digital: Teknologi dan Etika
Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), algoritma personalisasi, dan big data tentu akan terus memengaruhi cara media bekerja. Namun, di tengah euforia teknologi, penting untuk tidak melupakan nilai dasar dari jurnalisme: keberpihakan pada kebenaran, keberanian dalam menyuarakan yang tertindas, dan komitmen pada etika.
Media yang mampu menyeimbangkan teknologi dan etika—seperti yang coba dilakukan oleh Portal Narasi—memiliki potensi besar untuk memimpin arah masa depan informasi. Mereka bukan hanya mengisi ruang publik, tetapi juga membentuknya.
Penutup
Transformasi media digital bukan hanya soal mengubah format atau mengikuti tren, tetapi juga tentang membangun kepercayaan, menjawab kebutuhan informasi masyarakat, dan menjaga nilai-nilai jurnalisme di tengah gempuran algoritma dan klikbait. Dalam lanskap yang kompetitif ini, media seperti Narasi menunjukkan bahwa relevansi dan integritas dapat berjalan seiring.
“Cuitan rakyat” menunjukkan bahwa masyarakat tidak sekadar pasif, mereka kritis, selektif, dan memiliki harapan terhadap media. Tugas media hari ini bukan hanya menyampaikan fakta, tetapi juga membangun ruang dialog yang sehat, terbuka, dan bermakna.